Sabtu, 13 Januari 2018

Published 00.07.00 by barinix with 1 comment

Silabus Dasar Desain Grafis SMK

SILABUS DASAR DESAIN GRAFIS

Satuan Pendidikan :
Bidang Keahlian : Teknologi Informasi dan Komunikasi
Program Keahlian : Teknik Komputer dan Informatika
Kompetensi Keahlian :
Kelas/Semester : X/I (Satu)
Tahun Pelajaran :

KOMPETENSI INTI 3
(PENGETAHUAN)
3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Teknik Komputer dan Jaringan pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.

KOMPETENSI INTI 4
(KETERAMPILAN)
4. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Teknik Komputer dan Jaringan. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.
Menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.
Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

KD 1 - LAYOUT DAN KOMPOSISI
Kompetensi Dasar
3.1 Memahami layout dan komposisi
4.1 Membuat layout dan komposisi
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.1.1 Menjelaskan pengertian dan unsur-unsur desain grafis
3.1.2 Menjelaskan prinsip-prinsip desain grafis
4.1.1 Membuat layout sesuai dengan komposisi dalam desain grafis
Materi Pembelajaran
1. Pengertian dan unsur-unsur desain grafis
2. Prinsip-prinsip desain grafis
3. Membuat layout sesuai dengan komposisi dalam desain grafis
Kegiatan Pembelajaran
1. Macam-macam unsur-unsur desain grafis
2. Macam-macam prinsip desain grafis
3. Macam-macam layout
4. Langkah-langkah membuat layout sesuai komposisi dalam desain grafis
Penilaian
Penilaian Sikap : Observasi
Penilaian Pengetahuan : Tes tulis (Pilihan Ganda dan Uraian), Observasi Terhadap Diskusi/Tanya Jawab
Penilaian Keterampilan : (Praktek Individu), Menjelaskan Secara Prosedural (JobSheet)
Alokasi Waktu
5 JP
Sumber Belajar
• Perangkat Lunak
• Audio CD/VCD/DVD
• Buku
• Ebook
• Internet
• Lembar Kerja siswa


     style="display:inline-block;width:728px;height:90px"
     data-ad-client="ca-pub-8628406778692030"
     data-ad-slot="9031379113">

KD 2 - FUNGSI DAN FORMAT WARNA
Kompetensi Dasar
3.2 Memahami  fungsi dan format warna
4.2 Menempatkan berbagai fungsi dan format warna
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.2.1 Menjelaskan fungsi dan unsur warna CMYK dan RGB
3.2.2 Menjelaskan format warna CMYK dan RGB
4.2.1 Warna sebagi elemen estetika
4.2.2 Warna sebagai representasi dari alam 
4.2.3 Warna sebagai alat/sarana/media komunikasi (fungsi representasi)
Materi Pembelajaran
1. Fungsi dan unsur warna CMYK dan RGB
2. Menjelaskan format warna CMYK dan RGB
3. Memahami warna sebagai elemen estetika
4. Memahami warna sebagai representasi dari alam 
5. Memahami warna sebagai alat/sarana/media komunikasi (fungsi representasi)
Kegiatan Pembelajaran
1. Macam-macam fungsi dan unsur warna CMYK dan RGB
2. Perbedaan dan kegunaan format warna CMYK dan RGB
3. Macam-macam sistem warna
4. Warna sebagai elemen estetika
5. Warna sebagai representasi dari alam 
6. Warna sebagai alat/sarana/media komunikasi (fungsi representasi)
Penilaian
Penilaian Sikap : Observasi
Penilaian Pengetahuan : Tes tulis (Pilihan Ganda dan Uraian), Observasi Terhadap Diskusi/Tanya Jawab
Penilaian Keterampilan : (Praktek Individu), Menjelaskan Secara Prosedural (JobSheet)
Alokasi Waktu
5 JP
Sumber Belajar
• Perangkat Lunak
• Audio CD/VCD/DVD
• Buku
• Ebook
• Internet
• Lembar Kerja siswa

KD 3 - PRINSIP-PRINSIP TATA LETAK
Kompetensi Dasar
3.3 Menerapkan prinsip-prinsip tata letak, antara lain : proporsi, irama (rythm), keseimbangan, kontras, kesatuan (unity), dan harmoni dalam pembuatan desain grafis
4.3 Menggunakan prinsip-prinsip tata letak, antara lain : proporsi, irama (rythm), keseimbangan, kontras, kesatuan (unity), dan harmoni dalam pembuatan desain grafis
Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3.1 Menjelaskan prinsip-prinsip tata letak
3.3.2 Menjelaskan tujuan tata letak
3.3.3 Menjelaskan prinsip dasar tata letak
4.3.1 Memahami grid pada tata letak
4.3.2 Mampu menggunakan grid pada layout
4.3.3 Mampu menggunakan prinsip-prinsip tata letak
Materi Pembelajaran
1. Prinsip-prinsip tata letak
2. Tujuan tata letak
3. Prinsip dasar tata letak
4. Grid pada tata letak
5. Menggunakan grid pada layout
6. Prinsip-prinsip tata letak, antara lain:
    a) Proporsi,
    b) Irama (rythm)
    c) Keseimbangan,
    d) Kontras,
    e) Kesatuan (unity),
    f) Harmonisasi
Kegiatan Pembelajaran
1. Prinsip-prinsip tata letak
2. Tujuan tata letak
3. Prinsip dasar tata letak
4. Grid pada tata letak
5. Menggunakan grid pada layout
6. Menggunakan prinsip-prinsip tata letak, antara lain: Proporsi, Irama (rythm), Keseimbangan, Kontras, Kesatuan (unity), Harmonisasi
Penilaian
Penilaian Sikap : Observasi
Penilaian Pengetahuan : Tes tulis (Pilihan Ganda dan Uraian), Observasi Terhadap Diskusi/Tanya Jawab
Penilaian Keterampilan : (Praktek Individu), Menjelaskan Secara Prosedural (JobSheet)
Alokasi Waktu
5 JP
Sumber Belajar
• Perangkat Lunak
• Audio CD/VCD/DVD
• Buku
• Ebook
• Internet
• Lembar Kerja siswa


     style="display:inline-block;width:728px;height:90px"
     data-ad-client="ca-pub-8628406778692030"
     data-ad-slot="9031379113">

Untuk mendapatkan file lengkap Silabus Dasar Desain Grafis silahkan anda download disini

Read More
      edit

Senin, 19 September 2016

Published 21.12.00 by barinix with 0 comment

BAB V - Keberagaman Budaya di Indonesia IPS Kelas XI


Faktor-faktor Penyebab Keberagaman Budaya
Masyarakat Indonesia terdiri dari ratusan suku bangsa yang tersebar di lebih dari 13 ribu pulau. Setiap suku bangsa memiliki identitas sosial, politik, dan budaya yang berbeda-beda, seperti bahasa yang berbeda, adat istiadat serta tradisi, sistem kepercayaan, dan sebagainya.
Ciri keragaman kebudayaan lokal di Indonesia dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
1.   Keragaman suku bangsa
Dari ilmu antropologi diketahui bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan, Cina Selatan.
Antara tahun 3.000 – 500 SM Indonesia telah dihuni oleh penduduk migran submongoloid dari Asia yang kemudian bercampur dengan penduduk indigenous/ pribumi dan indo-arian dari Asia Selatan.
Klasifikasi suku di Indonesia menurut Van Vollenhoven yang membagi Indonesia ke dalam 19 daerah suku bangsa, yaitu:


1)       Aceh
2)       Gayo-alas dan Batak
       Nias dan Batu
3)       Minangkabau
       Mentawai
4)       Sumatra Selatan
5)       Melayu
6)       Bangka dan Belitung
7)       Kalimantan
8)       Minahasa
Sangir-Talaud
9)       Gorontalo
10)    Toraja
11)    Sulawesi Selatan
12)    Ternate
13)    Ambon
Kepulauan Barat Daya
14)    Irian
15)    Timor
16)    Bali dan Lombok
17)    Jawa Tengah dan Jawa Timur
18)    Surakarta dan Yogyakarta
19)    Jawa Barat


2.   Keberagaman bahasa
Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia (Australia-Asia). Gorys Keraf membagi rumpun bahasa ini ke dalam subrumpun:
1)       Bahasa-bahasa Austronesia Barat atau Bahasa-bahasa Indonesia/ Melayu yang meliputi:
§  Bahasa-bahasa Hesperonesia (Indonesia Barat) yang meliputi: bahasa Minahasa, Aceh, gayo, Batak, Minangkabau, Melayu, Melayu Tengah, Lampung, Nias, Mentawai, Jawa, Sunda, Madura, Dayak, Bali Sasak, Gorontalo, Toraja, Bugis-Makasar, Bima, Manggarai, Sumba, Sabu.
§  Bahasa-bahasa Indonesia Timur yang meliputi: bahasa Timor-Ambon, Sula Bacan, Halmahera Selatan-Irian Barat.
2)       Bahasa-bahasa Austronesia Timur atau Polinesia yang meliputi:
§  Bahasa-bahasa Melanesia (Melanesia dan Pantai Timur Irian)
Melanesia (dari bahasa Yunani "pulau hitam") adalah sebuah wilayah yang memanjang dari Pasifik barat sampai ke Laut Arafura, utara dan timur laut Australia.

§  Bahasa-bahasa Heonesia (Bahasa Polinesia dan Mokronesia)
3.   Keberagaman religi
Indonesia memiliki keberagaman agama atau kepercayaan. Di Indonesia terdapat enam agama yang diakui secara resmi oleh negara yaitu: Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha dan Konghucu. Selain itu berkembang pula kepercayaan-kepercayaan lain di massyarakat.
4.   Keberagaman seni dan budaya
Suku bangsa yang beragam di Indonesia tentu menghasilkan kebudayaan yang beragam pula. Salah satu wujud itu adalah kesenian, baik seni sastra, seni tari, seni musik, seni drama, seni rupa dan sebagainya.

Manfaat Keberagaman Budaya
Keberagaman budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapat memperkaya perbedaharaan istilah dalam bahasa Indonesia. Sementara itu, dalam bidang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuan pariwisata di Indonesia yang bisa mendatangkan devisa. Pemikiran yang timbul dari sumber daya manusia di masing-masing daerah dapat pula dijadikan acuan bagi pembangunan nasional.

Masalah Akibat Keberagaman Budaya
Mengatur dan mengurus sejumlah orang yang sama ciri-ciri, kehendak, dan adat istiadatnya tentunya lebih mudah daripada mengurus sejumlah orang yang semuanya berbeda-beda mengenai hal-hal tersebut.
Gagasan yang menarik untuk diangkat mengatasi/ mengikis kesalahpahaman dan membangun benteng saling pengertian adalah dengan multikulturalisme dan sikap toleransi serta empati.
1)   Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan pandangan seseorang tentang ragam kehidupan di dunia, ataupun kebijakan kebudayaan yang menekankan tentang penerimaan terhadap realitas keragaman, dan berbagai macam budaya (multikultural) yang ada dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem, budaya, kebiasaan, dan politik yang mereka anut.
Didalam multikulturalisme masyarakat diminta untuk melihat dan menyikapi perbedaan, multikulturalisme juga mengajak masyarakat untuk melihat keragaman budaya dalam kacamata kesederajatan maksudnya tidak ada budaya yang lebih tinggi daripada budaya lain. Didalam multikulturalisme juga tidak boleh ada diskriminasi terhadap suatu komunitas suku bangsa tertentu karena hal itu akan menjadi benih perpecahan dan konflik. Semua suku bangsa harus diperlakukan sama dan dilibatkan dalam berbagai aspek kebangsaan baik sosial, politik, hukum, maupun pertahanan dan keamanan. Hanya dengan cara demikian seluruh potensi suku bangsa akan bahu-membahu membangun perdapan bangsanya yang lebih baik.
2)   Toleransi dan empati
Sikap toleransi berarti sikap yang rela menerima dan menghargai perbedaan dengan orang atau kelompok lain.
Empati adalah sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan orang lain.
Sikap toleran dan empati ini sangat penting ditumbuhkembangkan dalam kehidupan masyarakat yang majemuk seperti di Indonesia.
Cara pikir seperti ini akan membawa kita pada sikap dan tindakan untuk tidak memperuncing perbedaan, tetapi mencari nilai-nilai universal yang dapat mempersatukan.

Integrasi Nasional
Integrasi artinya pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang utuh atau bulat. Integrasi bisa terjadi secara horisontal dengan pihak yang sederajat, ataupun secara vertikal.
Pendapat para ahli mengenai integrasi nasional:
1.    Higgins
Memahami integrasi nasional dengan melihat proses penyatuan kelompok budaya dan sosial pada satu kesatuan wilayah dan identitas nasional.
2.    Dr. Nazaruddin Sjamsuddin
Proses penyatuan suatu bangsa yang mencakup semua aspek kehidupannya, yaitu aspek sosial, politik, ekonomi dan budaya.
3.    J. Soedjati Djiwandono
Cara bagaimana kelestarian persatuan nasional dalam arti luas dapat didamaikan dengan hak menentukan nasib sendiri. Hak tersebut perlu dibatasi pada suatu taraf tertentu. Bila tidak, persatuan nasional akan dibahayakan.
Faktor-faktor yang memengaruhi integrasi nasional:
1.    Homogenitas kelompok
Pada kelompok yang kecil biasanya tingkat kemajemukannya juga relatif kecil, sehingga akan mempercepat proses integrasi nasional.
2.    Mobilitas geografis
Faktor geografis memengaruhi efektifitas dan efesiensi komunikasi. Komunikasi yang berlangsung di dalam masyarakat akan mempercepat integrasi nasional.
Kata kunci dalam mencapai integrasi nasional adalah dengan menjaga keselarasan antarbudaya.
Peranan pemerintah
1.    Pemerintah harus mampu melaksanakan sebuah sistem politik nasional yang dapat mengakomodasikan aspirasi masyarakat yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
2.    Kemampuan desentralisasi pemerintah yang diwujudkan dalam agenda otonomi daerah.
3.    Keterbukaan dan demokratisasi yang bertumpu pada kesamaan hak dan kewajiban warga negara.
Peranan masyarakat
1.    Meminimalkan perbedaan yang ada dan berpijak pada kesamaan-kesamaan yang dimiliki oleh setiap budaya daerah.

2.    Meminimalkan setiap potensi konflik yang ada.
Read More
      edit
Published 21.11.00 by barinix with 0 comment

BAB IV - Kebudayaan IPS Kelas XI

PENGERTIAN
Buddhayah (Bahasa Sannskerta), yang merupakan bentuk jamak dari Buddhi yang berarti budi atau akal.
Culture (Bahasa Inggris), Cultuur (Bahasa Belanda), Colere (Bahasa latin); segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Melville J. Herkovits
”Suatu yang superorganic karena kebudayaan yang turun temurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kematian dan kelahiran.”

Koentjaraningrat
”Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.”

Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
”Semua hasil, rasa, dan cipta masyarakat.”
UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Menurut Melville J. Herskovits
1.    Alat-alat teknologi
2.    Sistem ekonomi
3.    Keluarga
4.    Kekuasaan politik
Menurut Bronislaw Malinowski
1.    Sistem norma yang memungkinkan kerjasama antara anggota masyarakat
2.    Organisasi ekonomi
3.    Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan seperti keluarga
4.    Organisasi kekuatan (politik)
Menurut Clyde Kluckhohn
1.    Peralatan dan perlengkapan hidup manusia
2.    Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi
3.    Sistem kemasyarakatan
4.    Bahasa
5.    Kesenian
6.    Sistem pengetahuan
7.    Sistem kepercayaan (religi)
Unsur-unsur pokok kebudayaan diatas disebut sebagai kebudayaan universal (cultural universals).
Ralph Linton menyebutnya sebagai kegiatan-kegiatan kebudayaan (cultural activity). Kemudian dapat dibagi lagi menjadi seperti contoh tabel dibawah ini:
 

 


1.    Peralatan dan Perlengkapan Hidup
Peralatan dan perlengkapatan hidup berkaitan dengan benda-benda yang dipakai manusia untuk memenuhi segala kebutuhan.
antara lain:
·         Alat produksi
·         Senjata
·         Wadah/ alat/ piranti
·         Makanan dan minuman
·         Pakaian dan perhiasan
·         Tempat berlindung dan perumahan
·         Alat transportasi
2.    Sistem Mata Pencaharian Hidup
·         Berburu dan meramu
·         Beternak
·         Bertani
·         Menangkap ikan
·         Berdagang
·         Dll.
3.    Sistem Kemasyarakatan
  1. Sistem kekerabatan
§  Keluarga ambilineal kecil (±25-30 orang)
§  Keluarga ambilineal besar (beberapa generasi yang turun temurun dengan jumlah warganya mencapai ratusan orang)
§  Klen (clan) kecil (suatu bentuk kelompok kekerabatan di mana satu dengan lainnya terikat melalui garis-garis keturunan laki-laki/ perempuan saja)
§  Klen (clan) besar (semua keturunan seorang nenek moyang baik laki-laki/ perempuan)
§  Fratri (kelompok-kelompok kekerabatan yang patrilineal/ matrilineal, sifatnya lokal dan merupakan gabungan dari kelompok klen setempat baik besar/ kecil)
§  Paroh masyarakat (moeity) (kelompok kekerabatan gabungan klen seperti fratri tetapi selalu merupakan separoh dari suatu masyarakat.
  1. Organisasi sosial, bidang-bidangnya a.l:
§  Pendidikan
§  Kesejahteraan sosial
§  Kesehatan
§  Keadilan
4.    Bahasa
Fungsi bahasa secara umum:
§  Alat berekspresi
§  Alat komunikasi
§  Alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Fungsi bahasa secara khusus:
§  Mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari (fungsi praktis)
§  Mewujudkan seni (fungsi artistik)
§  Mempelajari naskah-naskah kuno (fungsi filosofis)
§  Usaha mengekploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi
5.    Kesenian (nilai keindahan/ estetika)
Ada 2 (dua) lapangan besar kesenian dilihat dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia menikmati keindahan:
§  Seni rupa (kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata (visual)
§  Seni suara (kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga/ di dengar)
6.    Sistem ilmu dan pengetahuan
Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, logika atau percobaan-percobaan (trial and error)
Sistem pengetahuan masyarakat secara umum dikelompokkan atas:
§  Pengetahuan tentang alam
§  Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan
§  Pengetahuan tentang tubuh manusia
§  Pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama manusia
§  Pengetahuan tentang ruang dan waktu
7.    Sistem kepercayaan (religi)
Sistem kepercayaan berkaitan dengan keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini yang mengatur segala sesuatunya. Keyakinan ini kemudian diformulasikan dalam serangkaian tata nilai atau norma, perilaku dan tata cara berhubungan dengan penguasa tertinggi.

PENUGASAN
Buatlah tabel klasifikasi hasil-hasil kebudayaan yang ada di sekitar kamu (20 benda)!
Contoh:
Benda
Unsur Kebudayaan
Televisi Flat
Ilmu Pengetahuan



Macam-macam budaya lokal di Indonesia
Budaya lokal adalah budaya yang dimiliki oleh masyarakat yang berdiam di dalam suatu kesatuan wilayah. Menurut Koentjoroningrat budaya lokal Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, Buddha, Islam dan Eropa.
1.   Kebudayaan masyarakat batak
Yang termasuk ke dalam kebudayaan masyarakat Batak adalah mereka yang yang berdiam di sekitar wilayah pegunungan Sumatra Utara, mulai dari perbatasan Aceh di utara sampai perbatasan dengan Riau dan Sumatra Barat di sebelah selatan. Orang Batak mendiami Dataran Tinggi Karo, Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang, Silindung, Angkola, Mandailing dan Tapanuli Tengah.
Kelompok kekerabatan yang besar disebut Merga (Karo) atau Marga (Toba). Orang Batak hidup dalam satu kesatuan yang disebut Huta (Toba) atau Kesain (Karo) yang dikelilingi oleh parit. Orang Batak hidup dalam rumah disebut Ruma (Toba), Jabu (Karo) yang dihuni oleh beberapa keluarga yang satu sama lain terikat oleh hubungan kekerabatan secara patrilineal. Orang Batak mayoritas bermata pencaharian bercocok tanam padi di sawah dan ladang.
Dalam kunjungannya pada tahun 1292, Marco Polo melaporkan bahwa masyarakat Batak sebagai orang-orang "liar yang musyrik" dan tidak pernah terpengaruh oleh agama-agama dari luar. Meskipun Ibn Battuta, mengunjungi Sumatera Utara pada tahun 1345 dan mengislamkan Sultan Al-Malik Al-Dhahir, masyarakat Batak tidak pernah mengenal Islam sebelum disebarkan oleh pedagang Minangkabau. Bersamaan dengan usaha dagangnya, banyak pedagang Minangkabau yang melakukan kawin-mawin dengan perempuan Batak. Hal ini secara perlahan telah meningkatakan pemeluk Islam di tengah-tengah masyarakat Batak. Pada masa Perang Paderi di awal abad ke-19, pasukan Minangkabau menyerang tanah Batak dan melakukan pengislaman besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola. Namun penyerangan Paderi atas wilayah Toba, tidak dapat mengislamkan masyarakat tersebut, yang pada akhirnya mereka menganut agama Protestan. Kerajaan Aceh di utara, juga banyak berperan dalam mengislamkan masyarakat Karo, Pakpak, dan Dairi.
Pada tahun 1824, dua misionaris Baptist asal Inggris, Richard Burton dan Nathaniel Ward berjalan kaki dari Sibolga menuju pedalaman Batak. Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di dataran tinggi Silindung dan menetap selama dua minggu di pedalaman. Dari penjelajahan ini, mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas kehidupan masyarakat Batak. Pada tahun 1834, kegiatan ini diikuti oleh Henry Lyman dan Samuel Munson dari Dewan Komisaris Amerika untuk Misi Luar Negeri.
Pada tahun 1850, Dewan Injil Belanda menugaskan Herman Neubronner van der Tuuk untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa Batak - Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi kelompok Kristen Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka.
Misionaris pertama asal Jerman tiba di lembah sekitar Danau Toba pada tahun 1861, dan sebuah misi pengkristenan dijalankan pada tahun 1881 oleh Dr. Ludwig Ingwer Nommensen. Kitab Perjanjian Baru untuk pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak Toba oleh Nommensen pada tahun 1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama diselesaikan oleh P. H. Johannsen pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam huruf latin di Medan pada tahun 1893. Menurut H. O. Voorma, terjemahan ini tidak mudah dibaca, agak kaku, dan terdengar aneh dalam bahasa Batak.
Masyarakat Toba dan Karo menyerap agama Nasrani dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme Hindia-Belanda, dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi dengan pemerintahan kolonial. Perlawanan secara gerilya yang dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin kharismatik mereka, Sisingamangaraja XII wafat.

2.   Kebudayaan masyarakat Minangkabau
 Daerah asal kebudayaan Minangkabau seluas provinsi Sumatra Barat, tersebar juga di beberapa tempat di Sumatra dan juga Malaya.
Adat dan budaya Minangkabau bercorakkan keibuan (matrilineal), dimana pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Menurut tambo sistem adat Minangkabau pertama kali dicetuskan oleh dua orang bersaudara, Datuk Perpatih Nan Sebatang dan Datuk Ketumanggungan. Datuk Perpatih mewariskan sistem adat Bodi Caniago yang demokratis, sedangkan Datuk Ketumanggungan mewariskan sistem adat Koto Piliang yang aristokratis. Dalam perjalanannya, dua sistem adat yang dikenal dengan kelarasan ini saling isi mengisi dan membentuk sistem masyarakat Minangkabau.
Secara sederhana masyarakat Minangkabau terbagi ke dalam tiga lapisan besar, yaitu:
§  Bangsawan, keluarga yang mula-mula datang
§  Orang biasa, keluarga yang datang kemudian
§  Orang yang paling rendah, keluarga yang menumpang pada yang lebih dulu datang
Dalam masyarakat Minangkabau, ada tiga pilar yang membangun dan menjaga keutuhan budaya serta adat istiadat. Mereka adalah alim ulama, cerdik pandai, dan ninik mamak, yang dikenal dengan istilah Tali nan Tigo Sapilin. Ketiganya saling melengkapi dan bahu membahu dalam posisi yang sama tingginya. Dalam masyarakat Minangkabau yang demokratis dan egaliter, semua urusan masyarakat dimusyawarahkan oleh ketiga unsur itu secara mufakat.
Daerah Minangkabau terdiri atas banyak nagari. Nagari ini merupakan daerah otonom dengan kekuasaan tertinggi di Minangkabau. Tidak ada kekuasaan sosial dan politik lainnya yang dapat mencampuri adat di sebuah nagari. Nagari yang berbeda akan mungkin sekali mempunyai tipikal adat yang berbeda. Tiap nagari dipimpin oleh sebuah dewan yang terdiri dari pemimpin suku dari semua suku yang ada di nagari tersebut. Dewan ini disebut dengan Kerapatan Adat Nagari (KAN). Dari hasil musyawarah dan mufakat dalam dewan inilah sebuah keputusan dan peraturan yang mengikat untuk nagari itu dihasilkan.
Sejarah merantau pada etnis Minang telah berlangsung cukup lama. Sejarah mencatat migrasi pertama terjadi pada abad ke-7, dimana banyak pedagang-pedagang emas yang berasal dari pedalaman Minangkabau melakukan perdagangan di muara Jambi, dan terlibat dalam pembentukan Kerajaan Malayu. Migrasi besar-besaran terjadi pada abad ke-14, dimana banyak keluarga Minang yang berpindah ke pesisir timur Sumatera. Mereka mendirikan koloni-koloni dagang di Batubara, Pelalawan, hingga melintasi selat ke Penang dan Negeri Sembilan, Malaysia. Bersamaan dengan gelombang migrasi ke arah timur, juga terjadi perpindahan masyarakat Minang ke pesisir barat Sumatera. Di sepanjang pesisir ini perantau Minang banyak bermukim di Meulaboh, Aceh tempat keturunan Minang dikenal dengan sebutan Aneuk Jamee, Barus, hingga Bengkulu. Setelah Kesultanan Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, banyak keluarga Minangkabau yang berpindah ke Sulawesi Selatan. Mereka menjadi pendukung kerajaan Gowa, sebagai pedagang dan administratur kerajaan. Datuk Makotta bersama istrinya Tuan Sitti, sebagai cikal bakal keluarga Minangkabau di Sulawesi. Gelombang migrasi berikutnya terjadi pada abad ke-18, yaitu ketika Minangkabau mendapatkan hak istimewa untuk mendiami kawasan Kerajaan Siak.
Orang Minangkabau boleh dikatakan tidak mengenal unsur-unsur kepercayaan lain kecuali apa yang diajarkan dalam Islam. Walaupun demikian, muncul juga kepercayaan yang tidak diajarkan dalam Islam. Misal, mereka percaya pada hantu yang mendatangkan bencana dan penyakit pada manusia, untuk menolaknya mereka akan datang pada seorang dukun untuk meminta pertolongan.

3.   foto rumah adat baliKebudayaan masyarakat Bali
Ada dua bentuk masyarakat di Bali, yaitu masyarakat Bali Aga yang kurang mendapat pengaruh dari kebudayaan Jawa-Hindu dari Majapahit (Sembiran, Cempaga Sidatapa, Pedawa, Tigauasa di Buleleng dan Desa Tenganan Pegrigsingan di Karangasem) dan Bali Majapahit yang merupakan mayoritas di Bali.
Musik tradisional Bali memiliki kesamaan dengan musik tradisional di banyak daerah lainnya di Indonesia, misalnya dalam penggunaan gamelan dan berbagai alat musik tabuh lainnya. Meskipun demikian, terdapat kekhasan dalam tehnik memainkan dan gubahannya, misalnya dalam bentuk kecak, yaitu sebentuk nyanyian yang konon menirukan suara kera.
Seni tari Bali pada umumnya dapat dikatagorikan menjadi tiga kelompok; yaitu wali atau seni tari pertunjukan sakral, bebali atau seni tari pertunjukan untuk upacara dan juga untuk pengunjung, dan balih-balihan atau seni tari untuk hiburan pengunjung.
Rumah Bali yang sesuai dengan aturan Asta Kosala Kosali (bagian Weda yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan, layaknya Feng Shui dalam Budaya China).
Menurut filosofi masyarakat Bali, kedinamisan dalam hidup akan tercapai apabila terwujudnya hubungan yang harmonis antara aspek pawongan, palemahan, dan parahyangan. Untuk itu, pembangunan sebuah rumah harus meliputi aspek-aspek tersebut atau yang biasa disebut ‘’Tri Hita Karana’’. Pawongan merupakan para penghuni rumah. Palemahan berarti harus ada hubungan yang baik antara penghuni rumah dan lingkungannya.
Mata pencaharian pokok orang Bali adalah bercocok tanam, hanya 30% yang hidup dari beternak, dagang, buruh, pegawai dan lainnya. Di Bali berkembang suatu sistem untuk mengatur pengairan dan penanaman sawah yang dinamakan subak.
Sistem kekerabatan yang mengikat masyarakat Bali adalah patrilineal.

4.   Kebudayaan Masyarakat Aceh
Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki aneka ragam budaya yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan. Di Provinsi Aceh terdapat empat suku utama yaitu:

Ø  Suku Aceh
Ø  Suku Gayo
Ø  Suku Alas
Ø  Tamiang
Suku Aceh merupakan kelompok mayoritas yang mendiami kawasan pesisir Aceh. Orang Aceh yang mendiami kawasan Aceh Barat dan Aceh Selatan terdapat sedikit perbedaan kultural yang nampak nya banyak dipengaruhi oleh gaya kebudayaan Minangkabau. Hal ini mungkin karena nenek moyang mereka yang pernah bertugas diwilayah itu ketika berada di bawah protektorat kerajaan Aceh tempo dulu dan mereka berasimilasi dengan penduduk disana.
Suku Gayo dan Alas merupakan suku minoritas yang mendiami dataran tinggi di kawasan Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. Kedua suku ini juga bersifat patriakhat dan pemeluk agama Islam yang kuat.
Setiap suku tersebut memiliki kekhasan tersendiri seperti bahasa, sastra, nyanyian, arian, musik dan adat istiadat.
Kebudayaan Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Tarian, kerajinan, ragam hias, adat istiadat, dan lain-lain semuanya berakar pada nilai-nilai keislaman. Contoh ragam hias Aceh misalnya, banyak mengambil bentuk tumbuhan seperti batang, daun, dan bunga atau bentuk obyek alam seperti awan, bulan, bintang, ombak, dan lain sebagainya. Hal ini karena menurut ajaran Islam tidak dibenarkan menampilkan bentuk manusia atau binatang sebagai ragam hias.
Aceh sangat lama terlibat perang dan memberikan dampak amat buruk bagi keberadaan kebudayaannya. Banyak bagian kebudayaan yang telah dilupakan dan benda-benda kerajinan yang bermutu tinggi jadi berkurang atau hilang.

DAMPAK MASUKNYA BUDAYA ASING DAN HUBUNGAN ANTARBUDAYA
Dampak positif
§  Adanya alih teknologi
§  Kemudahan untuk mendapatkan informasi
§  Kebiasaan berkompetisi

Dampak negatif
§  Sikap individualistis
§  Mengabaikan nilai-nilai kekeluargaan
§  Konsumerisme terhadap produk-produk luar negeri

HUBUNGAN ANTARBUDAYA
§  Akulturasi
Akulturasi dapat terjadi apabila dua kebudayaan yang bertemu kemudian berpadu dan menghasilkan suatu kebudayaan baru, namun tidak menghilangkan unsur-unsur kebudayaan asli.
Contohnya, bangunan masjid Demak yang merupakan hasil akulturasi budaya Jawa dengan budaya Islam.

§  Asimilasi
Serupa dengan akulturasi, asimilasi merupakan perpaduan dua budaya yang menghasilkan kebudayaan baru. Yang membedakan adalah pada asimilasi, budaya setempat/ asli biasanya perlahan-lahan hilang dan digantikan dengan budaya baru yang timbul.
Contohnya, gaya berpakaian wanita Indonesia yang tadinya berbusana tradisional tergantikan dengan pakaian modern pengaruh dari Barat.
§  Sintesis
Sintesis bisa terjadi apabila hasil perpaduan dua kebudayaan malah menghasilkan satu kebudayaan baru yang berbeda dengan dua budaya sebelumnya.
Contohnya, musik rock n roll yang dihasilkan dari perpaduan musik blues dengan musik country.
§  Penetrasi
Penetrasi adalah masuknya suatu kebudayaan dengan cara paksa atau kekerasan. Biasanya ini berkaitan erat dengan kolonialisme. Negara penjajah memasukkan budaya mereka pada negara jajahan dengan cara paksa.
Contohnya, pada zaman tanam paksa, masyarakat Indonesia dipaksa menanam komoditas yang laku di pasarana Eropa walau mereka tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan hal itu.
Read More
      edit