Senin, 19 September 2016

Published 20.47.00 by barinix with 0 comment

BAB III - Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia IPS Kelas X

A.    KEDATANGAN DAN KEKUASAAN BANGSA BARAT DI INDONESIA
Kolonialisme
Kolonialisme adalah paham yang bertujuan menguasai daerah atau bangsa lain untuk memperluas wilayah kekuasaannya dengan menjadikannya koloni.
Imperialisme
Imperialisme merupakan suatu paham yang bertujuan menjajah negara lain guna mendapatkan kekuasaan dan keuntungan.

Bangsa barat yang datang di Indonesia
1)    Bangsa Portugis
Bangsa Portugis menguasai Malaka tahun 1511 dibawah pimpinan Alfonso d’albuquerque. Bangsa Portugis datang ke Indonesia bertujuan untuk mencari rempah2.
Bangsa Indonesia menolak bangsa Portugis karena:
-  Portugis akan melakukan monopoli perdagangan rempah2
-  Portugis akan merampas kedaulatan raja-raja Indonesia
Perlawanan terhadap bangsa Portugis pernah dilakukan oleh Raja Demak R. Patah dengan mengutus putranya Pati Unus tetapi mengalami  kegagalan. Portugis diterima oleh Kerajaan Ternate karena:
-  Portugis membeli rempah2 dengan harga tinggi
-  Portugis diminta untuk membantu menyerang Kerajaan Tidore
 Pada awalnya sikap Portugis baik dengan rakyat Ternate, tetapi lama-kelamaan bersikap sebaliknya. Maka rakyat Ternate mengadakan perlawanan dengan sebab2 sbb:
-  Portugis melakukan monopoli sehingga merugikan rakyat
-  Kerajaan ternate harus mengakui kekuasaan portugis
-  Portugis menangkap dan membunuh sultan hairun
      Pengaruh Portugis di Indonesia
-  Berkembangnya agama katholik dan Kristen
-  Penggunaan nama2 portugis dan Indonesia bagian timur
-  Bangunan-bangunan berupa benteng
-  Berkembangnya musik keroncong

2)    Bangsa Spanyol
Ekspedisi yang dipimpin oleh Ferdinand de Magelhaen dan Yuan Sebastian del Cono sampai Fhilipina tahun 1521. Magelhein meninggal dalam pertempuran di Filiphina dan perjalanan dilanjutkan oleh Sebastian del Cono, sampai Maluku tahun 1521. kemudian bertemu dengan Portugis sehingga terjadi perselisihan. Perselisihan diakhiri dengan perjanjian saragosa yang isinya : keturunan portugis disebelah barat garis Saragosa dan Spanyol di sebelah timur garis Saragosa
  
3)    Bangsa Belanda
Bangsa Belanda sampai di Indonesia tahun 1596 dibawah pimpinan Cornelis de Houtman dan Peter Keyzer. Tujuan bangsa Belanda adalah berdagang rempah-rempah. Untuk melancarkan usahanya maka dibentuk VOC tahun 1602.
Tujuan VOC sbb :
-  Untuk menyaingi kongsi-kongsi dagang lainnya
-  Untuk menyaingi pedagang-pedagang belanda lain
-  Untuk meningkatkan keuangan Negara
-  Untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah
Dalam memperkuat posisi VOC, pemerintah Belanda mengangkat Gubernur Jendral Pieter Both. Tetapi tidak lama, maka tahun 1603 digantikan oleh Jon Pieterzoon Coen (J.P Coen). VOC memiliki hak-hak istimewa yang disebut hak oktrooi.

Hak-hak istimewa VOC sbb :
-       Hak memonopoli perdagangan di wilayah antara Amerika Selatan dan Afrika
-       Hak memiliki angkatan perang dan membangun benteng pertahanan
-       Hak untuk mengadakan perang dan menjajah
-       Hak sebagai wakil pemerintah Belanda di Indonesia
-       Hak untuk mengikat perjanjian dengan raja-raja di Indonesia
-       Hak untuk mengangkat pegawai
-       Hak untuk mencetak dan mengedarkan uang sendiri
-       Hak untuk memungut pajak.
Upaya-upaya VOC untuk menguasai perdangangan:
-       Memonopoli perdagangan
-       Hongi tochtan (mengawasi para pedagang maluku agar tidak menjual rempah-rempah ke pedagang lain)
-       Ekstipasi (menebang tanaman rempah-rempah milik rakyat agar tidak berlebihan)
-       Contingenten (rakyat wajib membayar pajak berupa hasil bumi)
-       Verplichte Leverentie (rakyat wajib membayar pajak berupa hasil bumi di wilayah yang tidak dikuasai oleh VOC)
-       Pleanger stelsel (kewajiban rakyat menanam kopi)
VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 karena :
-       Keuangan VOC semakin defisit
-       Pegawai-pegawai VOC banyak yang melakukan korupsi
-       Banyak uang yang dikeluarkan untuk membiayai perang
-       Kalah bersaing dengan kongsi dagang Inggris dan Perancis
-       Banyak mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia
-       Rakyat Indonesia sudah tidak mampu membeli barang-barang yang dipasarkan VOC

Setelah VOC dibubarkan, maka pemerintah Belanda mengangkat Willem Daendels sebagai Gubernur Jendral di Indonesia. Tugas-tugas Daendel sbb:
-       Mempertahankan jawa dari kekuasaan inggris
-       Membentuk pemerintahan di Indonesia
-       Memperbaiki masalah keuangan
Untuk melaksanakan tugas-tugasnya, Daendels mengambil kebijakan dalam bidang pertahanan sbb:
-       Meningkatkan jumlah prajurit
-       Membangun jalan raya dari Anyer – Panarukan (±1.100 KM)
-       Membangun armada pertahanan laut di Surabaya dan Batavia
-       Membangun pelabuhan di Ujung Kulon, dan Surabaya
-       Melaksanakan kerja rodi untuk pekerjaan yang bersifat umum.
Tindakan daendels dalam bidang pemerintahan:
-       Membentuk sekretaris Negara
-       Membentuk lembaga peradilan di Surabaya
-       Memindahkan pusat pemerintahan dari sunda kelapa ke jayakarta
-       Menyingkirkan raja-raja menghalangi kebijakannya
Tindakan Daendels dalam bidang keuangan:
-       Mengeluarkan uang kertas
-       Menjual tanah2 kepada partikelis (swasta) seperti cina dan arab
-       Memborongkan kepada swasta dalam memungut pajak
-       Membentuk badan pengawas keuangan


Sistem tanam paksa (cultuur stelsel)
Dilaksanakan pada tahun 1830 oleh Van der Bosch. Tujuan tanam paksa adalah untuk mengisi kekosongan keuangan khas Negara. Programnya antara lain:
-       Sistem sewa tanah dengan uang harus dihapuskan
-       Sistem tanam bebas harus diganti dengan tanam wajib
-       pajak tanah harus dibayar dengan hasil bumi atau tanaman
-       Kerja wajib/ rodi
Pelaksanaan dan program tanam paksa banyak terjadi penyimpangan sehingga mengakibatkan kesengsaraan bagi rkyat Indonesia. Akibat penyimpangan tersebut, kaum humanis dan liberal menuntut tanam paksa dibubarkan.
Tokoh-tokohnya adalah :
-  L. Vibalis
-  dr. W. Bosch
-  Fransen van de Putte
-  Barn van Hoevel
-  dr. Douwes Dekker
Akibat positif tanam paksa bagi Indonesia:
-       Indonesia mengenal berbagai macam tanaman
-       Indonesia mengetahui daerah-daerah yang cocok untuk jenis tanaman tertentu
-       Indonesia mengetahui cara merawat dan memanennya
-       Indonesia mengetahui cara mengolah tanah
Akibat negative tanam paksa :
-       Rakyat Indonesia tetap miskin
-       Banyak sawah/ ladang terlantar
-       Rakyat banyak mengalami kelaparan sehingga muncul berbagai macam penyakit
Atas desakan kaum liberal dan humanis secara bertahap, cultuur stelsel dibubarkan dan secara resmi berakhir tahun 1870.
 Sistem Usaha Bebas/ Swasta
Setelah Culturr Stelsel dibubarkan, maka pemerintah Belanda melaksanakan sistem usaha bebas sehingga para pemilik modal memiliki kebebasan dalam mengembangkan usahanya. Menteri jajahan de Waal pada tahun 1870 mengajukan UU Agrarian (Agrarische Wet) kepada pemerintah yang bertujuan untuk:
-  Melindungi para pengusaha asing
-  Melindungi status dan kepemilikan tanah para pribumi
Setelah usaha bebas/ swasta dibuka, maka banyak perkebunan-perkebunan dibuka kembali. Keuntungan dari usaha bebas/ swasta dengan Belanda:
-  Para pengusaha mendapatkan keuntungan besar
-  Hasil kekayaan indonesiamengalir ke Eropa/ Belanda
-  Belanda mampu membangun industri-industri baru
-  Belanda mampu membangun bidang transportasi
-  Belanda mampu membangun pelabuhan-pelabuhan baru
Kerugian bangsa Indonesia :
-  Indonesia tetap miskin
-  Indonesia tetap menderita
-  Indonesia tetap menjadi daerah eksploitasi belanda
-  Kondisi ekonomi dan sosial bangsa Indonesia semakin buruk
-  Banyak tanah yang disewa oleh para pengusaha

Politik Etis (etika)
Kaum Liberal dan Humanis (kaum progresif) pada tahun 1890 mengusulkan kepada parlemen Belanda untuk mengubah kebijakan politik di daerah jajahan karena bangsa Belanda telah dapat banyak keuntungan.
Canraad Theodore van Deventeer, 1899, telah menulis di majalah de Gids yang berjudul Een Eereschuld (utang budi) yang intinya Belanda sudah selayaknya membalas budi pada bangsa Indonesia. Cara membalas dengan Trilogy van Deventeer, yaitu :
-  Edukasi/ Pendidikan
-  Irigasi/ Pengairan
-  Transmigrasi
Pada kenyataannya Trilogy van Deventeer hanya menguntungkan pihak Belanda karena:
-       Edukasi : untuk mencetak tenaga pendidik dan upah yang murah
-       Irigasi : untuk mengairi perkebunan dan tanah-tanah milik Belanda
-       Transmigrasi : untuk memenuhi tenaga kerja perkebunan-perkebunan milik Belanda khususnya diluar Jawa
Khusus untuk pendidikan/ edukasi membawa kemajuan karena menghasilkan kaum terpelajar/ intelektual yang berusaha membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan.

Pihak-pihak yang menentang pelaksanaan tanam paksa di Indonesia
a.     Kelompok Pemilik Modal
Kelompok pemilik modal atau kaun kapitalis mendesak pemerintah agar menghapuskan sistem tanam paksa dan berakibat para pemilik modal meminta agar diijinkan masuk ke Indonesia. Desakan ini berhasil membuat pemerintah Belanda menerapkan kebijakan politik Pintu Terbuka.
b.     Kelompok Humanis
Eduard Douwes Dekker
Sebelumnya adalah birokrat pemerintah Belanda yang iba melihat penderitaan rakyat Indonesia. Dengan nama samaran Multatuli menerbitkan buku Max Havelaar yang menceritakan pelaksanaan sistem tanam paksa. Sehingga membuat kaum Humanis berempati terhadap tanak paksa tersebut.
Van de Venter
Ia mengusulkan agar pemerintah Belanda melakukan politik balas budi yang lebih dikenal sebagai politik etis.
Baron Van Hoevel
Ia menetang tanam paksa melalui khotbah-khotbahnya di gereja
Kelompok liberal di negeri Belanda
Golongan mayoritas parlemen Belanda dikuasai oleh pihak konservatif, sementara golongan minoritas atau golongan oposisi adalah kaum liberal. Kaum liberal menyuarakan agar tanam paksa dihapuskan..
Tanam paksa dihapuskan tahun 1870 dimulai dengan penghapusan tanam paksa tebu.

4)    Bangsa Inggris
Pada tahun 1811, Inggris mampu menguasai daerah jajahan Belanda, maka Belanda harus menandatangani kapitulasi tuntang tanggal 18 September 1811, yang isinya:
-       Daerah jajahan belanda diserahkan kepada Inggris
-       Tentara Belanda menjadi tawanan Inggris
-       Orang-orang Belanda dapat menjadi pegawai Inggris

Pemerintahan Inggris di Indonesia 1811-1816
Berdasarkan Kapitulasi Tuntang tahun 1811, Inggris secara resmi menguasai Indonesia, maka Gubernur jendral EIC (East Indian Company), Lord Minto menunjuk Sir Thomas Stanford Raffles untuk membentuk pemerintahan di Indonesia.
Tugas pokok Raffles:
-       Memperbaiki dalam bidang pemerintahan
Caranya :
o    Indonesia (pulau jawa) dibagi menjadi 16 karesidenan
o    Para bupati diangkat menjadi pegawai negri
o    Daerah kraton Yogyakarta dan Surakarta dipersempit
o    Mengurangi kekuasaan raja
-       Memperbaiki dalam bidang keuangan
Caranya:
o    Melaksanakan sistem perdagangan bebas
o    Melaksanakan sistem sewa tanah / land-rente
o    Melanjutkan sistem perdagangan perkebunan kopi
o    Memonopoli perdagangan garam
-       Memperbaiki dalam bidang sosial
Caranya:
o    Menghapuskan sistem perbudakan
o    Mengurangi pengaruh kekuasaan tradisional
 Jasa-jasa Raffles selama memerintah Indonesia
-       Mendukung lembaga kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang bernama Bataviaasch Genootschop di Harmoni
-       Menulis buku The History of Java
-       Menemukan bunga Rafflesia Arnoldi
-       Istrinya, Olivia Marianne merintis Kebunraya Bogor
-       Mengembalikan Sultan Sepuh menjadi Sultan Yogyakarta
Pada tahun 1813 terjadi koalisi antara Belanda dengan Inggris untuk menghadapi Napoleon Bonaparte. Pada tahun 1814 antara Inggris dan Belanda menandatangani Konvensi London yang isinya :
-       Inggris mengembalikan wilayah Indonesia kepada Belanda
-       Inggris berkuasa di India
Penyerahan Indonesia dari Inggris ke tangan Belanda pada tahun 1816. sejak itu, kekuasaan inggris berakhir di Indonesia.

B.    PENGARUH KOLONIALISME DAN IMPERIALISME TERHADAP BANGSA INDONESIA
1.    Bidang Politik
Pemerintah Belanda mengadakan beberapa perubahan Pamong Praja yang dahulu berdasarkan garis keturunan diubah menjadi sistem kepegawaian.
Pada masa Daendels ia menjadikan Jawa sebagai pusat pemerintahan dan membaginya menjadi kesatuan-kesatuan wilayah yang disebut prefektur yang dipimpin oleh wedana.
Sistem hukum dirubah dari hukum adat menjadi hukum barat modern. Deandels juga merintis sistem pengadilan keliling dan sistem pengadilan pribumi di setiap prefektur yang disebut landgrecht.

2.    Bidang Ekonomi
Kemajuan industri mendorong Belanda mengeksplorasi sumber daya alam antara lain:
-       Pembukaan tambang minyak bumi di Tarakan (Kaltim), Sungai berang (Sumsel)
-       Pembukaan tambang timah di Bangka, Belitung, Singkap
-       Pembangunan rel kereta api untuk memperlancar pengiriman hasil perkebunan dan pertambangan
-       Pembangunan jalan raya Anyer – Panarukan.

3.    Bidang Sosial
Status sosial tertinggi pada masa pemerintahan Belanda adalah orang Eropa kemudian golongan berikutnya Asia dan Timur Jauh (kaum pedagang), kedudukan paling rendah adalah rakyat Indonesia atau kaum pribumi yang merupakan golongan mayoritas.


4.    Bidang Budaya
Masuknya bangsa asing ke Indonesia memunculkan westernisasi yaitu pemujaan terhadap kebudayaan barat secara berlebihan. Westernisasi menyebar melalui jalus pemerintahan dan pendidikan.
Penerapan politik etis mendorong pemerintah kolonial Belanda mendirikan sekolah-sekolah kaum pribumi, antara lain:
-       OSVIA (Opleiding School Voor Inlandische Ambtenaren) à Bandung, Magelang, Probolinggo, untuk mendidik calon birokrat dari bangsan Indonesia sendiri.
-       HIS (Hollandsch Inlandische School)
-       MULO (Meer Ultgebreid Lager Onderwijs)
-       AMS (Algemeene Middel Bare School)
-       HBS (Hoogere Burger School)
-       Kweekschool (sekolah guru)
-       Hogere Kweekschool (sekolah dokter STOVIA)
Akhir abad ke-19, pemerintahan kolonial Belanda membuka sekolah untuk kaum pribumi yaitu Sekolah Angka 1 dan Sekolah Angka 2 yang bersifat umum dengan pelajaran dasar membaca, menulis, berhitung, ilmu bumi, sejarah dan ilmu alam.

C.    PERLAWANAN BANGSA INDONESIA
  1. Demak (1512 dan 1513)
Monopoli perdagangan Portugis di Selat Malaka membuat Demak mengadakan perlawanan. Penyerangan yang dipimpin oleh Dipati Unus tersebut gagal dan Portugis tetap menguasai perdagangan di Selat Malaka.

  1. Aceh
Tahun 1607 – 1636
Sultan Iskandar Muda memimpin penyerangan melawan Portugis tetapi tidak berhasil, hal ini dikarenakan Aceh melihat keberadaan Portugis di Malaka mengancam aktivitas perdagangannya.
Untuk meningkatkan perdagangan dan mendapat dana, Aceh mengijinkan kapal-kapal Belanda memasuki bandar-bandar Aceh.
Portugis dan Belanda bersaing untuk menguasai Selat malaka.
Kerajaan Nusantara di sekitas Selat Malaka ikut bersaing.
Johor memihak Belanda. Aceh memihak Portugis. Aceh-Portugis kalah. Malaka direbut Belanda.

Tahun 1873 – 1904
Perang pertama (1873-1874), yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan Belanda yang dipimpin Köhler.
Perang kedua (1874-1880), dibawah Jenderal Jan van Swieten berhasil menduduki Keraton Sultan, 26 Januari 1874, dan dijadikan sebagai pusat pertahanan Belanda. 31 Januari 1874 Jenderal Van Swieten mengumumkan bahwa seluruh Aceh jadi bagian dari Kerajaan Belanda.
Perang ketiga (1881-1896), perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi sabilillah. Dimana sistem perang gerilya ini dilangsungkan sampai tahun 1904.
Dalam perang gerilya ini pasukan Aceh dibawah Teuku Umar bersama Panglima Polim dan Sultan. Pada tahun 1899 ketika terjadi serangan mendadak dari pihak Van der Dussen di Meulaboh, Teuku Umar gugur. Tetapi Cut Nyak Dhien istri Teuku Umar kemudian tampil menjadi komandan perang gerilya.
Perang keempat (1896-1910) adalah perang gerilya kelompok dan perorangan dengan perlawanan, penyerbuan, penghadangan dan pembunuhan tanpa komando dari pusat pemerintahan Kesultanan.

Perang Aceh disebabkan karena:
-       Belanda menduduki daerah Siak.
-       Belanda melanggar perjanjian Siak, maka berakhirlah Perjanjian London 1824. Isi perjanjian London adalah Belanda dan Britania Raya membuat ketentuan tentang batas-batas kekuasaan kedua daerah di Asia Tenggara yaitu dengan garis lintang Singapura. Keduanya mengakui kedaulatan Aceh.
-       Aceh menuduh Belanda tidak menepati janjinya, sehingga kapal-kapal Belanda yang lewat perairan Aceh ditenggelamkan oleh pasukan Aceh. Perbuatan Aceh ini didukung Britania.
-       Dibukanya Terusan Suez oleh Ferdinand de Lesseps. Menyebabkan perairan Aceh menjadi sangat penting untuk lalu lintas perdagangan.
-       Ditandatanganinya Perjanjian London 1871 antara Inggris dan Belanda, yang isinya, Britania memberikan keleluasaan kepada Belanda untuk mengambil tindakan di Aceh. Belanda harus menjaga keamanan lalulintas di Selat Malaka. Belanda mengizinkan Britania bebas berdagang di Siak dan menyerahkan daerahnya di Guyana Barat kepada Britania.
-       Akibat perjanjian Sumatera 1871, Aceh mengadakan hubungan diplomatik dengan Konsul Amerika Serikat, Kerajaan Italia, Kesultanan Usmaniyah di Singapura. Dan mengirimkan utusan ke Turki Usmani pada tahun 1871.
-       Akibat hubungan diplomatik Aceh dengan Konsul Amerika, Italia dan Turki di Singapura, Belanda menjadikan itu sebagai alasan untuk menyerang Aceh. Wakil Presiden Dewan Hindia Frederik Nicolaas Nieuwenhuijzen dengan 2 kapal perangnya datang ke Aceh dan meminta keterangan dari Sultan Machmud Syah tentang apa yang sudah dibicarakan di Singapura itu, tetapi Sultan Machmud menolak untuk memberikan keterangan.



  1. Mataram
Meskipun Mataram tidak berhasil merebut benteng Batavia dan menundukkan Kompeni pada tahun 1628, mereka tidak begitu saja menyerah. Tahun berikutnya, yaitu pada tahun 1629 tentara Mataram berangkat lagi menuju Batavia dengan perlengkapan senjata-api.
Pada tanggal 31 Agustus 1629 hampir keseluruhan pasukan tiba di daerah sekitar Batavia.
Akibat dari dimusnahkannya gudang beras Mataram, usaha pengepungan Batavia tidak berlangsung lama. Meskipun demikian mereka toh mendekati benteng Hollandia dengan mengadakan pendekatan melalui parit-parit. Benteng Hollandia dapat mereka rusakkan. Setelah berhasil, mereka menuju benteng Bommel, akan tetapi di sini mereka gagal.
Pada hari-hari berikutnya Mataram maju ke Benteng dan pada tanggal 21 September 169 tembakan mulai terhadap benteng VOC. Mereka membiarkan menembak benteng hingga persediaan mesiu habis. Sementara tembakan-tembakan dilancarkan terhadap benteng Belanda, Jan Pieterszoon Coen mendadak meninggal diserang suatu penyakit.
Dari beberapa tawanan diketahui bahwa pasukan Mataram menderita kelaparan, dan hal ini memang menyebabkan kelemahan mereka. Setelah berusaha untuk menyerang selama kurang lebih 10 hari pada akhir bulan September 1629 mereka mulai menarik diri sambil banyak meninggalkan korban.
Antara Tahun 1630-1645
Setelah gagal menduduki Batavia, perundingan antara Mataram dan VOC dibuka kembali pada tahun 1630, akan tetapi utusan-utusan yang dikirim Kompeni tidak memenuhi syarat Mataram.
Mataram antara tahun 1630-1634 sering mengadakan penyerbuan terhadap kapal-kapal Kompeni. Mataram terus menerus mencari bantuan dari Malaka yang ada di bawah kekuasaan Portugis. Harapan akan bantuan ini kemudian hilang, karena pada tahun 1641 VOC menguasai Malaka dan orang-orang Portugis kehilangan tempat berpijak di kepulauan Nusantara.
Pemerintahan Mataram tahun 1641 mengadakan perpindahan penduduk dari Jawa Tengah ke Jawa Barat di daerah Sumedang yang ternyata sangat mengkhawatirkan VOC. Sebenarnya perpindahan ini adalah sebagai persiapan terhadap penyerangan terhadap Banten yang tidak mau tunduk kepada Mataram.
Hubungan antara Kompeni dan Mataram setelah tahun 1642, tidak begitu baik, karena tawanan-tawanan Belanda tidak dilepaskan oleh Mataram. Oleh sebab itu Kompeni selalu mencari jalan untuk mencoba memaksa Mataram untuk mengembalikan orang-orang Belanda itu.
Keadaan menjadi tegang ketika Inggris menawarkan membawa seorang utusan Mataram ke Mekah, yang sebenarnya suatu kemungkinan bagi Belanda, untuk melepaskan tawanannya bilamana Sultan meminta kapal Belanda untuk membawa utusan ini. Oleh sebab itu kapal Inggris yang membawa utusan ini dicegat, utusan Mataram dan hadiah untuk ke Mekah ditahan oleh VOC dan dibawa ke Batavia.
Peristiwa lain adalah ketika VOC merasa bahwa Jambi dan Palembang mengancam keamanan VOC, maka VOC mencegat suatu armada Mataram yang terdiri dari 80 perahu yang sedang menghantar kembali raja Palembang.
Hubungan antara VOC dan Mataram hingga meninggalnya Sultan Agung pada tahun 1645 tidak mengalami perbaikan.

  1. Sultan Hasanuddin
Pada tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Kompeni berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah Sultan Hasanuddin naik takhta, ia berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan Kompeni.
Pertempuran terus berlangsung, Kompeni menambah kekuatan pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perdamaian Bungaya di Bungaya. Gowa merasa dirugikan, karena itu Sultan Hasanuddin mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Kompeni minta bantuan tentara ke Batavia. Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Hasanuddin memberikan perlawanan sengit. Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan Kompeni, hingga akhirnya Kompeni berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670.

  1. Pattimura
Belanda berusaha menguasai Maluku.  Benteng Duurstede direbut. Belanda mengangkat Resident Van den Burg dan mendirikan benteng Duurstede. Thomas Matualessy,Anthony Rhebok, Lucas Latumahina, Said Parinrah,Ulupaha dan Paulus Tiahahu memimpin rakyat melawan Belanda. Belanda kalah,benteng berhasil direbut, Resident mati.
Di Harulu Maluku gagal merebut benteng Zeelandia. Belanda berhasil merebut Duurstede.
Pattimura, Thomas Pattiwael,Anthony Rhebok,Raja Now ditangkap. Perlawanan melemah. Tanggal 16 Desember 1817 Pattimura digantung.
Secara umum, penyebab terjadinya perlawanan rakyat Maluku antara lain:
a.     Adanya penindasan dan perlakuan semena-mena dari VOC terhadap pada masa lalu;
b.     Pengerahan rakyat untuk dijadikan serdadu Belanda;
c.     Dihidupkannya kembali kerja paksa yang sudah sempat dihapuskan Inggris.


  1. Perang Paderi (1821 – 1837)
Ada dua golongan berpengaruh kuat pada kehidupan masyarakat Sumatra Barat. Golongan pertama adalah golongan adat yang banyak berperan sebelum agama Islam berkembang di Sumatra barat. Golongan kedua adalah golongan agamais/ ulama yang terkenal dengan sebutan paderi.
Sebab-sebab terjadinya perang paderi adalah sebagai berikut:
a.     Makin kuat perebutan kaum adat dan kaum agamais
b.     Hukum adat yang menekankan asas matrilineal tidak sesuai dengan hukum agama yang lebih menekankan peranan patrilineal.
c.     Berkembangnya ajaran agama yang semakin mengakar pada kehidupan masyarakat.
d.     Adanya kebiasaan golongan adat yang berseberangan dengan kaum agamais.
e.     Campur tangan belanda dalam perebutan pengaruh di masyarakat sumatra barat.
Perang Paderi meletus di Minangkabau antara sejak tahun 1821 hingga 1837. Kaum Paderi dipimpin Tuanku Imam Bonjol melawan penjajah Hindia Belanda. Gerakan Paderi menentang perbuatan-perbuatan yang marak waktu itu di masyarakat Minang, seperti perjudian, penyabungan ayam, penggunaan madat (opium), minuman keras, tembakau, sirih, juga aspek hukum adat matriarkat mengenai warisan dan umumnya pelaksanaan longgar kewajiban ritual formal agama Islam.
Perang ini dipicu oleh perpecahan antara kaum Paderi pimpinan Datuk Bandaro dan Kaum Adat pimpinan Datuk Sati. Pihak Belanda kemudian membantu kaum adat menindas kaum Paderi. Datuk Bandaro kemudian diganti Tuanku Imam Bonjol.
Perang melawan Belanda baru berhenti tahun 1838 setelah seluruh bumi Minang ditawan oleh Belanda dan setahun sebelumnya, 1837, Imam Bonjol ditangkap.
Meskipun secara resmi Perang Paderi berakhir pada tahun kejatuhan benteng Bonjol, tetapi benteng terakhir Paderi, Dalu-Dalu, di bawah pimpinan Tuanku Tambusai, barulah jatuh pada tahun 1838. Alam Minangkabau menjadi bagian dari pax neerlandica. Tetapi pada tahun 1842, pemberontakan Regent Batipuh meletus.

  1. Bone (1824 – 1825)
Setelah jatuhnya Kesultanan Gowa, Kesultanan Bone menjadi yang terkuat di seantero Sulawesi; sejak awal telah merdeka dan menyebarkan pengaruh ke seluruh negeri di Sulawesi.
Perang Bone adalah operasi militer yang dilakukan Belanda atas Kesultanan Bone pada bulan Januari 1825, dan dilaksanakan oleh Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger.
Setelah Sultan Bone menyatakan diri kalah perang, Bone pun akhirnya berhasil dikuasai oleh Belanda.

  1. Diponegoro (1825 – 1830)
Perang Diponegoro (Inggris:The Java War, Belanda: De Java Oorlog), adalah perang besar dan menyeluruh berlangsung selama lima tahun (1825-1830) yang terjadi di Jawa, Hindia Belanda (sekarang Indonesia), antara pasukan penjajah Belanda di bawah pimpinan Jendral De Kock melawan penduduk pribumi yang dipimpin seorang pangeran Yogyakarta bernama Pangeran Diponegoro.
Pada pertengahan bulan Mei 1825, pemerintah Belanda yang awalnya memerintahkan pembangunan jalan dari Yogyakarta ke Magelang lewat Muntilan, mengubah rencananya dan membelokan jalan itu melewati Tegalrejo. Rupanya di salah satu sektor, Belanda tepat melintasi makam dari leluhur Pangeran Diponegoro. Hal inilah yang membuat Pangeran Diponegoro tersinggung dan memutuskan untuk mengangkat senjata melawan Belanda. Ia kemudian memerintahkan bawahannya untuk mencabut patok-patok yang melewati makam tersebut.
Pada tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Diponegoro dengan menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada tahun 1829, Kyai Maja, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap. Menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Sentot Alibasya menyerah kepada Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.

  1. Patih Jelantik
Kerajaan Buleleng tahun 1732 dikuasai Kerajaan Mengwi namun kembali merdeka pada tahun 1752. Selanjutnya jatuh ke dalam kekuasaan raja Karangasem 1780. Raja Karangasem, I Gusti Gde Karang membangun istana dengan nama Puri Singaraja. Raja berikutnya adalah putranya bernama I Gusti Paang Canang yang berkuasa sampai 1821.
Pada tahun 1846 Buleleng diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat perlawanan sengit pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih / Panglima Perang I Gusti Ketut Jelantik. Pada tahun 1848 Buleleng kembali mendapat serangan pasukan angkatan laut Belanda di Benteng Jagaraga. Pada serangan ketiga, tahun 1849 Belanda dapat menghancurkan benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat dikalahkan Belanda. Sejak itu Buleleng dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.

  1. Banjar
Pertentangan pertama antara Belanda dengan kerajaan Banjar, dalam hal ini Penambahan Marhum di satu pihak dan Belanda di lain pihak telah terjadi pada tanggal 14 Februari tahun 1606 dengan terbunuhnya nakhoda kapal Belanda Gillis Michielzoon beserta anak buahnya di Banjarmasin.
Pertikaian bersenjata menghangat lagi pada tahun 1638, dimana di Banjar Anyar telah terbunuh 64 orang bangsa Belanda di dalam satu penyergapan.
Ketika Sultan Muhammad meninggal dunia pada tahun 1761, ia meninggalkan 3 (tiga) orang anak yang belum dewasa, yaitu Pangeran Rahmat, Pangeran Abdullah dan Pangeran Amir.
Anak Sultan Muhammad (almarhum) yang bernama Pangeran Amir, atau cucu Sultan Tahmidillah melarikan diri ke Pasir, dan meminta bantuan pada pamannya yang bernama Arung Tarawe. Pangeran Amir kemudian kembali dan menyerbu Kerajaan Banjar dengan pasukan Bugis yang besar, dan berusaha merebut kembali tahtanya dari Susuhunan Nata Alam. Karena takut kehilangan tahta dan kekuatiran jatuhnya kerajaan di bawah kekuasaan orang Bugis, Susuhunan Nata Alam meminta bantuan kepada VOC. VOC menerima permintaan tersebut dan mengirimkan Kapten Hoffman dengan pasukannya dan berhasil mengalahkan pasukan Bugis.
Setelah Pangeran Hidayat menyerah, maka perjuangan umat Islam Banjar dipimpin sepenuhnya oleh Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin (Pangeran Antasari), ertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Khalifatul Mukminin dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan.
Pada tanggal 11 Oktober 1862, Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin (Pangeran Antasari) wafat; dan dimakamkan di Bayan Begok, Hulu Teweh.
Walaupun Khalifah telah wafat, namun perlawanan berjalan terus, dipimpin oleh putera-puteranya seperti Gusti Muhammad Seman, Gusti Muhammad Said dan para panglima yang gagah perkasa. Pada tahun 1864, pasukan Belanda berhasil menangkap banyak pemimpin perjuangan Banjar yang bermarkas di gua-gua.
Dalam pertempuran di dekat Kalimantan Timur, menantu Khalifah Pangeran Perbatasari tertangkap oleh Belanda dan pada tahun 1866 diasingkan ke Tondano, Sulawesi Utara. Kemudian Panglima Batur dari Bakumpai tertangkap oleh Belanda dan dihukum gantung pada tahun 1905 di Banjarmasin.Terakhir Gusti Muhamad Seman wafat dalam pertempuran di Baras Kuning, Barito pada bulan Januari 1905.

  1. Sisingamangaraja XII
Raja Si Singamangaraja XII (Negeri Bangkara, Tapanuli, 1849 – Simsim, Tano Batak, 17 Juni 1907; bergelar Ompu Pulo Batu) adalah seorang penguasa di daerah Tapanuli, Sumatra Utara pada akhir abad ke-19.
Setelah pendeta Ludwig Ingwer Nommensen membuka pos zending di Silindung maka Singamangaraja khawatir kekuasaan Belanda akan segera masuk ke Tanah Batak. Beliau menjadi pemimpin negei-negeri Batak yang menentang penjajahan Belanda. Karena merasa terancam oleh Singamangaraja XII maka Nomensen minta agar Belanda mengirim pasukan untuk segera menaklukkan Silindung. Pada 6 Februari 1878 pasukan Belanda tiba di Pearaja, kediaman penginjil Ludwig Ingwer Nommensen, dan bersama-sama dengan penginjil Nommensen pasukan Belanda berangkat ke Bahal Batu untuk menyusun benteng pertahanan. Si Singamangaraja yang merasa terprovokasi mengumumkan perang (pulas) pada tanggal 16 Februari. Dalam perang yang menjadi terkenal dengan Perang Toba (juga disebut Perang Batak atau Perang Singamangaraja) pasukan Belanda yang diperbantukan oleh pasukan Batak Kristen memberantas perlawanan Singamangaraja dengan membakar puluhan kampung, termasuk Bangkara, kampunya Singamangaraja XII sendiri. Singamangaraja terpaksa mengundurkan diri ke daerah Dairi dan dari situ ia berbagai kali menyerang Belanda hingga akhirnya ditembak mati oleh sebuah patroli Belanda di tengah hutan daerah Dairi pada tahun 1907.
Dia wafat pada 17 Juni 1907 saat membela diri dari serangan pasukan Belanda. Makamnya berada di Soposurung, Balige setelah dipindahkan dari Tarutung.


AKTIVITAS

1.     Kedatangan bangsa Eropa ke Timur di dorong oleh keinginan untuk memperoleh rempah-rempah dengan harga murah.
Apakah kegunaan rempah-rempah tersebut bagi bangsa barat sehingga mereka begitu ingin memilikinya?
2.     Diskusikan dengan kelompokmu; carilah keuntungan dan kerugian tanam paksa?
3.     Apa pendapat kalian tentang Westernisasi?
4.     Silahkan diskusikan salah satu perlawanan yang dilakukan bangsa indonesia dan carilah:
a.     Penyebab terjadinya perlawanan?
b.     Motif penjajah melakukan penjajahan?
c.     Strategi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia?

5.     Perselisihan yang terjadi dalam kerajaan-kerajaan di nusantara membuat pihak asing semakin memantapkan posisinya di Indonesia. Oleh karenanya, penjajahan yang terjadi selama ratusan tahun bukanlah semata-mata kesalahan penjajah akan tetapi juga karena kelengahan bangsa kita sendiri. Setujukah kalian dengan pernyataan diatas? Berilah alasannya.
      edit

0 komentar:

Posting Komentar